1. Memutuskan untuk
memulai sebuah aktivitas baru biasanya terjadi karena adanya suatu ide, baik
hasil permenungan individual maupun kelompok (Indrajit, 2000).
Ide ini kemudian
berkembang menjadi sebuah niat untuk melakukan sebuah proses penciptaan produk
atau jasa yang siap ditawarkan kepada masyarakat (bisnis).
Secara informal,
pada tahap awal ini ada baiknya kelayakan ide tersebut diuji melalui beragam
cara seperti melalui diskusi, berbagi
pengalaman, analisa studi kasus, benchmarking, dan lain sebagainya.
Ide yang buruk akan gugur dengan sendirinya karena
kurangnya dukungan, sementara ide yang dianggap layak untuk ditindaklanjuti,
akan berkembang secara natural (Rayport, 1994).
2. Menentukan
target bisnis yang ingin dicapai.
Yang dimaksud
dengan target bisnis di sini adalah obyektif - biasanya dalam bentuk target
kekayaan finansial (wealth) - yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Visi dan misi
bisnis yang di dalam alam ekonomi konvensional menjadi kerangka utama dalam
menentukan obyektif usaha biasanya akan terlebur di dalam target ini.
Harap diperhatikan bahwa tidak sedikit dari mereka
yang terjun ke dunia maya adalah untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
dalam waktu singkat (hit-and-run) sehingga terkadang bagi mereka, visi dan misi
bisnis menjadi tidak relevan untuk jangka waktu pendek tersebut.
3. Menentukan model
bisnis yang sesuai dan “workable” agar obyektif yang telah ditentukan tersebut
dapat tercapai (Rayport, 1995).
Tahapan ini
sangatlah penting mengingat model bisnis merupakan segalanya bagi kelangsungan
hidup perusahaan.
Menyangkut permasalahan bisnis model ini adalah
penentuan proses rantai nilai (virtual value chain), jenis produk dan jasa yang
ditawarkan, target market dan konsumen, dan tentu saja yang terpenting adalah
bagaimana profit atau keuntungan bisnis dapat dicapai (revenue generator).
4. Langkah
Pencarian Sumber Daya
Setelah yakin dengan kehandalan model bisnis yang ada,
barulah langkah selanjutnya menentukan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan
serta mencarinya. Paling tidak ada tiga sumber daya inti, yaitu finansial,
manusia, dan teknologi.
Sumber Daya Teknologi
Pilihannya cukup
luas karena secara prinsip infrastruktur dan aplikasi yang dibutuhkan dapat
diperoleh dari belahan bumi mana saja (Indrajit, 2000). Secara prinsip tentu
saja infrastruktur teknologi informasi yang akan dipilih adalah yang lebih
murah, lebih baik, dan lebih cepat (cheaper, better, and faster).
Tidak sedikit
dari mereka yang memilih untuk melakukan “hosting” aplikasinya atau memilih
pusat pengolahan teknologinya di luar negeri karena buruknya kualitas teknologi
dan pelayanan yang ada di tanah air, belum lagi karena faktor biaya yang
relatif cukup tinggi dibandingkan dengan di Amerika atau di Singapura misalnya.
Sumber Daya
Manusia
Sumber daya
manusia yang sesuai dengan kebutuhan, karena dibutuhkan kompetensi dan keahlian
yang cukup unik, dimana sebagian dari karakteristiknya tidak diajarkan semasa
sekolah atau menuntut ilmu di perguruan tinggi.
Selain mengerti
mengenai karakteristik berbisnis di dunia maya, mereka haruslah orang-orang
yang kreatif, senang bekerja keras, masih relatif muda dan agresif, berani
menghadapi tantangan, cepat belajar, tidak takut menghadapi resiko, dan yang
paling penting adalah memiliki kemampuan intelektual yang memadai.
Secara prinsip yang menjadi kunci di sini bukanlah
pegawai, melainkan lebih berfungsi sebagai mitra usaha (partner) karena sifat
keberadaannya untuk membangun bisnis secara bersama-sama.Sumber Daya Financial
Sumber finansial
sangat sulit kalau tidak dapat dikatakan mustahil jika ingin didapatkan dari
bank. Karena selain industri perbankan dalam keadaan terpuruk, di dalam dunia
maya tidak dikenal keberadaan aset fisik sebagai kolateral, yang ada adalah
aset digital.
Mencari pinjaman
uang dalam bentuk ekuitas juga cukup sulit karena belum terujinya bisnis model
yang ditawarkan merupakan resiko yang dianggap besar bagi pemilik dana.
Pada akhirnya modal
venture (ventura capital) merupakan sumber dana utama yang diharapkan
dapat membiayai ide bisnis yang ada.
Tantangan
tersulit adalah meyakinkan mereka sehingga yang bersangkutan setuju untuk
memodali bisnis yang direncanakan.
Tentu saja setiap
pemberi modal memiliki karakteristik yang berbeda, mulai dari yang konvensional
(dimana mereka membutuhkan dokumen “business plan” yang jelas) sampai dengan
yang hanya bermodal percaya saja.
Strategi
investasi pun merupakan permasalahan tersendiri mengingat bisnis di dunia maya
biasanya membutuhkan injeksi dana yang tidak hanya sekali.
Rencana “exit
strategy” juga merupakan hal yang biasanya mereka tanyakan untuk melihat
seberapa bernilai keuntungan bisnis yang ditawarkan.
Memulai Bisnis
Setelah seluruh
sumber daya
dan “panggung pertunjukan” selesai dipersiapkan, barulah dirumuskan strategi
peluncuran dan pemasaran situs baru kepada masyarakat. Tentu saja skenario yang dikembangkan harus
sesuai dengan obyektif dan model bisnis yang ada agar efektif dan efisien.
Mengembangkan
Bisnis
Memulai dan
mengembangkan bisnis merupakan dua hal yang sangat berbeda di dunia maya.
Secara prinsip
dikatakan bahwa sejauh perusahaan memiliki sumber daya yang dibutuhkan setiap
hari untuk menciptakan produk dan jasanya kepada pelanggan, maka pada saat itu pula
bisnis tetap hidup. Dengan kata lain, sejauh cash flow perusahaan tetap
positif, infrastruktur tersedia, serta manajemen dan staf pengelola tetap
eksis, maka bisnis akan tetap berjalan.
Tentu saja perusahaan
tidak dapat hanya bergantung pada penyuntik dana semata karena pada akhirnya
yang bersangkutan
menuntut pula tercapainya target profit pada jangka waktu tertentu. Dengan kata
lain, sumber-sumber
pendapatan (revenue sources and generators) harus benar-benar didefinisikan dan
dikelola dengan baik untuk target jangka menengah dan panjang..
Amir Hartman
dalam bukunya “Net Ready” mengatakan bahwa kunci perkembangan bisnis internet
ditentukan oleh 4 (empat) pilar utama yaitu leadership, governance, competencies dan technology.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar